Malamang Tradisi Minangkabau untuk Menyambut Hari Besar Muslim
Kinciakincia.com - Sudah jadi tradisi di Indonesia, sebelum bulan puasa, orang saling bermaaf-maafan. Di Padang, Sumatra Barat, tradisi ini tak lengkap tanpa malamang.
Malamang adalah tradisi Padang yang artinya membuat lamang. Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Biasanya dilakukan beberapa hari menjelang Ramadan tiba. Selain itu malamang juga biasa dilakukan untuk menyambut hari besar Muslim lainnya.
Lamang adalah penganan khas Sumatra Barat yang terbuat dari adonan beras ketan putih dan santan. Adonan ini dimasukkan ke dalam bambu beralas daun pisang, lalu dipanggang di atas bara api.
Masyarakat Sumatra umumnya juga mengenal penganan ini. Ada sebagian orang yang menyebutnya dengan lemang.
Sajian khas ini kemudian dibawa sebagai hantaran--biasanya ke rumah mertua. "Jadi lemang yang sudah dimasak, selanjutnya diantarkan ke rumah mertua sembari sambil minta maaf menjelang masuknya bulan puasa," ujar Nurleli, warga Belimbing, Padang yang masih setia membuat lamang hingga kini.
Proses malamang tidak lah mudah, pelik dan bisa memakan waktu nyaris seharian. Mungkin itu juga mengapa kini tak banyak orang yang masih menjalankan tradisi ini.
Kebanyakan menantu memilih untuk membeli lamang dari para orang tua yang masih membuatnya. Ada juga yang memilih lamang instan, kini banyak dijual di pasaran.
Proses pembuatan lamang dimulai dengan mempersiapkan bambu untuk wadah, kayu perapian. Belum lagi menyiapkan bahan lamang dan membakarnya hingga sore hari.
Tak heran jika tradisi malamang biasanya dilakukan secara gotong-royong. Ada yang mencari bambu, kayu bakar, dan mempersiapkan bahan lamang.
Buluah atau bambu dipotong dan dibersihkan luar dalam. Setelah itu daun pisang dilayukan dengan api kecil, baru dimasukkan ke dalam bambu.
Proses pembuatan lemang dimulai dari mencuci sipuluik atau beras ketan, kemudian dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam bambu sepanjang 60 sentimeter yang sebelumnya telah di beri alas daun pisang muda.
"Setelah itu di beri santan, garam dan vanila secukupnya kemudian di masak menggunakan kayu bakar," jelas Rosmawati, warga Kecamatan Pauh, Kota Padang, dikutip Kompas.
Proses pembakaran lamang butuh waktu lama. Karena, semakin lama lamang dijerang di atas api, akan semakin baik pula kualitasnya hingga tak mudah basi.
Untuk mematangkan lamang, Rosmawati butuh waktu sekitar lima jam. Ini karena menggunakan api kecil. Kalau pakai api besar memang bisa selesai dalam waktu tiga jam saja, tapi bambu akan cepat hitam.
"Yang sulit itu, mematok takaran santan dengan garam dan beras ketan pada satu ruas bambu itu, serta bagaimana api," lanjut Nurleli. Jika takarannya salah, lamang bisa jadi terlalu keras hingga berderai.
Lamang masa kini ada beragam jenis. Berikut beberapa di antaranya.
Lamang beras ketan. Paling populer, dibuat dari beras ketan putih atau beras ketan merah, biasanya dimakan dengan tape ketan hitam. Itu mengapa penganan ini biasa dikenal dengan lamang tapai.
Lamang pisang. Dibuat dari pisang masak yang dihancurkan dan dicampur dengan beras kentan serta santan dan garam. Rasanya gurih dan manis.
Lamang baluo. Terbuat dari beras ketan putih, di bagian tengah diberi inti yang disebut luo. Luo diisi gula aren dan kelapa parut yang dimasak.
Lamang ubi jalar. Sesuai namanya bahan standar lamang dicampur dengan ubi jalar rebus yang dihancurkan, bisa kuning, putih, atau merah. Bahan tepung beras juga dicampur gula aren, gula merah, dan santan sehingga rasanya legit.
Lamang labu kuning. Seperti lamang ubi jalar, bedanya ini menggunakan labu kuning.
Lamang ubi kayu. Dibuat dari singkong dicampur kelapa parut, tepung kanji, dan cairan gula merah.
Berita Terkait
Sabtu, 27 April 2019
Bajamba Kuliner Padang-Bukittinggi, 8 Kuliner Ini Paling Hits

Jalur mudik (dan arus balik) di sepanjang jalur utama Padang – Bukittinggi seperti etelase kuliner khas Sumatera Barat. Di rute sejauh sekitar 100 kilometer ini beragam pilihan makanan tersedia lengkap, mulai dari sarapan, kudapan hingga makanan berat.Oh ya, jangan lupakan minuman teh telur, jenis kuliner khas ranah M.....
Sabtu, 06 April 2019
Dadiah, Fermentasi Susu Tradisional Khas Minangkabau

Daerah dataran tinggi di Sumatera Barat dikenal memiliki banyak warisan khazanah kuliner yang unik. Salah satunya adalah kawasan segitiga Agam-Tanah Datar-Lima Puluah Koto atau yang disebut juga dengan Luhak Nan Tigo. Kawasan ini dikenal sebagai daerah yang memiliki perbendaharaan yang kaya mengenai racikan rempah-rempah dan teknik pengolahan bahan-bahan makanan di tanah Minang.Karenanya, tida.....
Sabtu, 06 April 2019
Kawa Daun Batusangkar, Ketika Daun Kopi Diracik Menjadi Minuman

Yang paling umum kita konsumsi dari tanaman kopi adalah bagian biji yang diolah menjadi bubuk kopi dengan citarasa yang luar biasa. Bagian – bagian lain dari tanaman ini bukanlah sesuatu yang cukup “wajar” untuk dikonsumsi. Namun, masyarakat Minang di Payakumbuh, Sumatera Barat memiliki cara tersendiri untuk mengolah tanaman kopi. Di tempat ini, daun kopi bisa diolah menjadi minuman yang ken.....
Sabtu, 16 Februari 2019
Ampiang Dadiah, Makanan Khas Minang yang Rasanya Jempolan

Coba kamu sebutkan makanan apa saja yang berasal dari Padang, Sumatera Utara? Pastinya beberapa dari kamu langsung teringat rendang, dendeng balado, satai padang dan ikan balado. Padahal makanan Padang yang enak masih banyak lho, salah satunya adalah Ampiang Dadiah.Ampiang Dadiah merupakan kudapan yang mengkombinasikan ampiang (emping) yang terbuat dari beras ketan dengan dadiah, sejenis yoghurt t.....
Minggu, 27 Januari 2019
Kopi Sanger Batigo, Idola Penikmat Kopi Gayo di Kota Padang

Kopi Gayo, varietas kopi arabika yang merupakan salah satu komoditi unggulan dari Dataran Tinggi Gayo, Sumatera, Indonesia. Kopi ini telah mendapat Fair Trade Certified dari Organisasi International Fair Trade tahun 2010 dan sertifikan IG (Indikasi Geografis) yang diserahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Indonesia. Sertifikasi dan Prestasi mengukuhkan posisi kopi gayo sebagai kop.....
Kirim Informasi Untuk Teman